Beranda | Artikel
Prinsip Menjalin Hubungan Dengan Penguasa
Rabu, 7 Agustus 2024

DAFTAR ISI

  1. Siapakah yang Disebut Penguasa?
  2. Mendengar dan Taat Merupakan Kekuatan Umat
  3. Ahlus Sunnah Taat Kepada Pemimpin Kaum Muslimin
  4. Empat Prinsip Menjalin Hubungan Dengan Penguasa
  5. Bagaimana Rakyat Menyikapi Pemerintah Zhalim?
  6. Jangan Memberontak Kepada Penguasa Zhalim

Pentingnya Keamanan

  1. Ahlus Sunnah Melarang Memberontak Kepada Pemerintah
  2. Bahaya Khurûj (Melawan) Terhadap Pemerintah
  3. Membangkang Bertentangan Dengan Prinsip Ahli Sunnah
  4. Keberkahan Taat Kepada Pemimpin
  5. Menimba Pelajaran Dari Revolusi Arab

Menasihati Pemerintah

  1. Ahlus Sunnah Menasihati Pemerintah Dengan Cara yang Baik
  2. Manhaj yang Benar Dalam Menasihati Pemerintah yang Zhalim
  3. Arti Nasehat Kepada Para Pemimpin Kaum Muslimin

Pemimpin atau penguasa adalah manusia biasa yang pasti memiliki kekurangan dan pasti pernah melakukan kesalahan, baik yang berkonsekuensi dosa atau tidak. Namun sayang, banyak orang melupakan kodrat ini. Mereka menuntut pemimpin mereka sempurna dan dicintai semua rakyatnya. Sebuah tuntutan yang tidak realistis. Berawal dari tuntutan berlanjut kekecewaan akhirnya berujung pembangkangan. Pada akhirnya, pertumpahan tak terelakkan. Semoga Allâh melindungi kita semua dan seluruh pemimpin kaum Muslimin dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Meski manusia biasa namun seorang pemimpin memiliki kedudukan tersendiri dalam syari’at Islam, sehingga dia harus didengar ucapannya dan ditaati. Kewajiban ini terus melekat walaupun sang pemimpin berbuat kezhaliman dan melakukan penyimpangan, walaupun dia berbuat kefasikan dan kemaksiatan, selama tidak sampai kepada kekufuran dan selama perintahnya bukan untuk maksiat. Jika dia menyuruh melakukan perbuatan maksiat, maka tidak boleh ditaati dalam bermaksiat kepada Khâlik.

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allâh dan taatilah Rasul(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allâh (al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allâh dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. [An-Nisa’/4: 59]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

عَلَيْكَ السَّمْعَ وَالطَّاعَةَ فِى عُسْرِكَ وَيُسْرِكَ وَمَنْشَطِكَ وَمَكْرَهِكَ وَأَثَرَةٍ عَلَيْكَ

Kewajibanmu mendengar dan taat (kepada pemimpin) dalam keadaan engkau susah atau mudah, engkau suka atau engkau benci, dan mementingkan penguasa atau dirimu. [HR. Muslim]


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/116020-prinsip-menjalin-hubungan-dengan-penguasa.html